Monday 28 January 2013

Sekine-kun No Koi : Penggambaran Real dan Ironis Lelaki "Sempurna"

Sekine-kun No Koi adalah salah satu komik paling realistis dan bergenre komedi satiris tentang pribadi seseorang. Berbeda dengan komik-komik sebelumnya yang 'ringan sekali' atau berat sekali, Sekine-kun No Koi adalah penggambaran dunia real yang sangat surreal dari tokoh utamanya. Mau baca?? Silakan klik di sini


Komik yang dikhususkan untuk wanita dewasa atau josei manga ini juga banyak menyita perhatian para laki-laki dewasa. Keunikan yang membuat Sekine-kun No Koi adalah gaya Kawachi Haruka, sang pengarang dalam menjelaskan kepribadian Keiichiro Sekine yang terkesan lambat dan mengingatkan kita pada film-film Hollywood yang cenderung menggantung. 'Lambatnya' jalan cerita memang terkesan sangat alami dan membuat kita penasaran. Tetapi 'kelambatan' itu bukanlah karena Kawachi-sensei kekurangan ide, tetapi merupakan elemen penting dari narasi Sekine dalam menyampaikan gelap terang sisi hidupnya. Kelambatan itu pula yang mengurangi elemen gore atau menakutkan dari pengalaman-pengalaman pahit yang dialami oleh si protagonis.

Secara garis besar, komik ini bercerita tentang seorang lelaki bernama Keiichiro Sekine yang masih single. Hal itu sangatlah mengherankan karena si protagonis ini memiliki wajah tampan, perawakan tinggi dan sikap yang cool. Teman sekantornya, baik lelaki maupun perempuan mengakuinya. Termasuk teman baiknya sedari SMA, Konno. Sekine, pada bab 1 digambarkan sebagai lelaki yang memiliki segalanya: sexual capital yang hampir sempurna (tampan, tinggi, cerdas dan cool), tetapi selalu gagal dalam percintaan. Tentu saja pada bab 1 kita akan mengira bahwa serial josei ini akan begitu-begitu saja. Paling dia bertemu dengan perempuan yang memiliki sexual capital yang rendah tapi mencintainya, tipikal cerita Cinderella, layaknya cerita josei lainnya. Memang pada akhirnya ia sengaja (bukan tak sengaja) mencari kesibukan merajut yang membuatnya bertemu dengan Kisaragi Sara, seorang perempuan unik yang memiliki obsesi terhadap rajut-merajut. 

Pertemuannya dengan Sara-chan adalah suatu anugrah buat Sekine. Ingat, komik ini dijabarkan dari sudut pandang Sekine, sehingga terkesan hambar dan sangat subtle. Berbeda dengan Sekine, Sara adalah gadis yang cerdas namun menyukai kesederhanaan. Ia pernah mempelajari (mungkin kuliah) etnologi dan menghubungkan obsesinya pada rajutan dan benda-benda tua dengan studinya. Ia tak pernah bicara banyak pada Sekine dan menganggap hubungannya dengan Sekine biasa-biasa saja, berbeda dengan beberapa teman kantor Sekine yang tergila-gila pada anggun dan tampannya Sekine. Pertemuan yang biasanya hanya berlandaskan antara penjual benang dan pelanggan, menjadi suatu kegiatan yang adiktif untuk Sekine. Hal ini dipersepsikan sebagai sesuatu yang istimewa. Sehingga ketika Sara ngobrol lama dengan pelanggan lelaki lainnya, Sekine 'membenci' (yang oleh pembaca pasti dipersepsikan sebagai rasa cemburu) keakraban Sara dengan pelanggan lelaki lainnya. 

Sekine di lain pihak, menceritakan masa lalunya, bahkan mulai mengingat masa lalunya sejak bertemu Sara-chan. Ia kemudian memahami bahwa perasaan 'fobia' nya pada istri Konno, Kazune, yang kebetulan kakak kelasnya, sebetulnya merupakan cinta yang disalah persepsikan. Sara-lah yang pertama kali membuatnya paham. Setiap kali Sekine menemui Sara, ia memahami segala luka dan kepahitan yang ia alami, juga perasaan-perasaan yang berusaha direpresi olehnya selama ini, khususnya tentang pelecehan seksual yang dialaminya, yang dilakukan baik oleh lelaki maupun perempuan. 

Pada bab-bab terakhir, karena ia mulai 'kecanduan' dan cemburu pada Sara, ia mulai menggunakan logika lamanya dengan berusaha menghindarinya, apalagi orang ketiga antara Sara dan Sekine telah muncul, mencoba menarik perhatian Sara dengan motif ingin menjahili Sekine. Penghindaran itu malah membuatnya bersedih dan selalu ingat pada Sara. 

Elemen utama yang membuat komik ini dilabeli komik komedi adalah 'kebodohan' Sekine menyalah persepsikan segala sesuatu. Terkadang salah persepsi ini sangatlah aneh sehingga mengundang senyum. Bagi penggemar komik shojo, saya sarankan untuk tidak membaca komik ini dengan harapan bisa menemukan kelucuan dari komik bergenre Shojo. Ini sangat beda. Artnya khas Kawachi Haruka, minimalis tapi minimalisme ini sangat mendukung rasa yang ingin disampaikan dari cerita sang tokoh utamanya. 


Yang paling saya sukai adalah plot yang sangat mengejutkan dibalik subtleness yang hadir dalam komik ini. Bagi saya yang belajar ilmu konseling dan psikoterapi, komik ini juga bisa menjadi bahan kasus tentang orang yang meregresi kepribadiannya karena peristiwa traumatis seperti pelecehan seksual. Dan amanat paling penting dari komik ini, jadi tampan berlebihan dan sempurna itu punya banyak sisi gelap. BTW, perlu nih buat yang sering ga bersyukur dengan keadaannya. 

Just read!