Tuesday 9 August 2011

Review Manga Online: Utopia of Homosexuality

FYI : I've mentioned before that I'm against homosexual acts, but I'm not against the people. Jikalau ada kata-kata di sini yang menyinggung beberapa pihak, saya hanya bisa mengucapkan terimaksih sebesar-besarnya setidaknya telah membaca blog sepi pengunjung ini :)

Komik on line yang akan saya review ini bisa dibaca di sini

Komik ini bercerita tentang dua sahabat yang mengidentifikasikan diri mereka sebagai homoseksual dan lalu menjadi heteroseksual setelah mempertanyakan suatu pertanyaan krusial, yaitu apakah itu cinta? Dua tokoh utamanya cowok dan cewek homoseksual. Dua-duanya punya karakter yang kawaii dan manis. Narasinya bercerita tentang penderitaan kaum gay dan lesbian yang termarginalisasi. Tapi ceritanya kemudian menjadi terlihat homofobic bagi beberapa remaja Amerika yang mengkritiknya di forum karena akhirnya dua tokoh utama yang bersahabat (yang satu Suk-ha, seorang lesbian dan Hyo-bin, seorang gay) yang selalu menggantungkan diri satu sama lain dalam menghadapi dunia yang kejam saling jatuh cinta. Terus seorang gay selamanya harus jadi gay gitu yah? Kalau kita akhirnya jatuh cinta sama lawan jenis terus kita harus bohong demi identitas kita sebagai gay, gitu yah? Bukannya love is genderless? Orang yang berkomentar bahwa komik ini homofobic tuh tidak melihat fakta ini. Mengutip kata-kata Mas Oscar Lawalata, kita ga tahu kita bisa jatuh cinta pada siapa saja, termasuk orang yang sudah yakin pada seksualitasnya bisa jatuh hati pada lawan jenis. Komik ini menurutku bagus, karena bercerita tentang kenyataan hidup kaum homoseksual. Hanya saja kaum homoseksual di komik ini masih pada virgin. Mereka juga sadar diri secara dini pada pilihan hidup mereka sebagai homoseksual, jadi menurutku mereka benar-benar tahu resikonya menjadi homoseksual. bahkan Suk-ha pada awal komik ini bernarasi bahwa ia siap menjadi seorang wonderful lesbian. Komik ini juga membuka pikiran kita bahwa persahabatan bisa menjadi cinta. Secara pribadi, aku yang selalu mengasosiasikan cinta homoseksual itu berakar dari persahabatan yang disalah persepsikan, menjadi lebih bisa melihat kasus lain dari persahabatan.
Yang menurutku menarik adalah narasi komik yang tipikal narasi komik shojo-ai dan shonen-ai. Ada puisi-puisinya dan terdapat beberapa pertanyaan filosofis mendasar tentang cinta. Seperti ketika Hyo-bin dikonfrontir tentang perasaannya pada Suk-ha, dan secara cepat Hyo-bin bersikap seakan-akan Suk-ha adalah kekasihnya. Jika memang Hyo-bin gay yang seratus persen ga bisa suka sama cewek, ga mungkin lah dia berbuat seperti itu.
Aku juga salut sama pengarangnya karena membuat cerita yang sebenarnya akan sanagt banyak mendapat pertentangan, baik dari kalangan ekstrim gay dan kalangan ekstrim relijius yang mungkin belum tahu esensi cerita ini.
Saya sebagai seorang humanitarian, percaya pada unifikasi dua gender dan menghormati individu serta peduli pada mereka perlu bersuara bahwa manga ini adalah contoh detail tentang apa yang sebenarnya kita persepsikan sebagai "cinta". Apakah sekedar rasa cinta seksual romantis seperti Romeo dan Juliet, Leonardo da Vinci dan kekasih cowoknya, Sappho dan murid-muridnya? Ini adalah pertanyaan yang sangat kentara sering terjadi di komik ini dan di dunia nyata.
Apakah cinta itu hanya seks saja, rasa deg-degan berbaur dengan keinginan memiliki seseorang atau kesetiaan, pengabdian dan perhatian? Komik ini juga sesuai dengan kenyataan karena saya pernah membaca cerita orang-orang yang homoseksual yang bisa menikah dengan sesama homoseksual dari kalangan lawan jenis (gay nikah ma lesbian, gitu) karena perasaan persamaan rasa dan juga kerena kurang menemukan kepuasan dalam kehidupan cintanya.
Itu kisah nyata saya baca sebelum saya membaca komik ini. Saya senang karena ada yang berani membuat komik seperti ini di saat sekarang orang mau jadi heteroseksual saja dibilang rasis (Oh my...emang kalau pribadi kita ngga boleh ya??).

I just wanna be my self!! I'll die to defend it.

No comments:

Post a Comment